Minggu, 20 Maret 2016

ZAT KIMIA BERBAHAYA PADA MAKANAN/MINUMAN



Sadar maupun tidak sadar ada banyak orang di sekitar kita yang mengkonsumsi bahan makanan yang tidak baik bagi kesehatan.  Tidak hanya makanan dan minuman yang telah jelas-jelas dinobatkan sebagai makanan berbahaya saja, namun mungkin juga makanan dan minuman yang sudah kita anggap tidak ada resiko bahayanya.  Entah apa yang telah terjadi di negara kita ini, di mana pemerintah seolah membiarkan hal ini terjadi karena belum banyak tindakan tegas yang berkesinambungan yang dapat mengatasi permasalahan pelik ini.
Wajar bila saat ini ada banyak orang yang menderita berbagai jenis penyakit serius di rumah sakit yang ada di Indonesia.  Makanan dan minuman merupakan salah satu penyebab utama dari sebagian penyakit yang diidap oleh orang sakit di negara kita ini.  Rata-rata bahan makanan kimiawi berbahaya di dalam makanan bekerja secara perlahan-lahan dalam menghancurkan kesehatan tubuh manusia yang mengkonsumsinya.  Dalam jangka panjang barulah menjadi penyakit berbahaya yang mungkin bisa saja merengut nyawa penderitanya.
     A.     Beberapa Daftar Bahan Makanan/Minuman yang Mengandung Zat Kimia Berbahaya Bagi Kesehatan :
1.      Penguat Rasa Monosodium Glutamat (MSG)
Ada banyak bentuk, jenis atau macam penguat rasa atau penyedap rasa selain MSG.  Monosodium glutamate dan zat penguat rasa sejenisnya biasa kita sebut dengan sebutan micin, vetsin, dan lain-lain.  MSG biasanya digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga, warung makanan, restoran dan lain sebagainya untuk membuat rasa makanan lebih terasa dengan merangsang lidah dengan zat kimia tertentu.  Jika diberikan pada binatang percobaan, maka binatang tersebut akan mengalami degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron dan sel syaraf lapisan dalam retina mata, mutasi sel, kanker kolon, kanker hati, kanker otak, kanker ginjal dan perusakan jaringan lemak.  Di masa lalu orang yang mengkonsumsi msg dalam jumlah besar ada yang mengalami sindrom rumah makan cina.

2.      Zat Pewarna Bahan Tekstil, Cat, Kertas, Kulit Hewan, dll
Biasanya para produsen makanan dan minuman berbahaya ingin memproduksi makanan dan minuman dengan biaya yang sangat rendah agar bisa menghasilkan keuntungan yang besar serta bisa menetapkan harga jual yang murah kepada para konsumen.  Sebagian produsen lebih memilih menggunakan zat pewarna berbahaya bagi konsumennya sendiri.  Pewarna buatan kimiawi seperti rhodamine-b, metanil yellow, boraks, dan lain-lain.  Boraks adalah zat pengawet mayat yang bisa memberikan warna pada makanan.  Jika zat pewarna berbahaya tersebut diberikan pada hewan percobaan yang malang maka bisa menyebabkan limfoma.  Pada manusia mungkin bisa menimbulkan penyakit kanker yang berbahaya serta mematikan.

3.      Zat Pemanis Sakarin (Saccharin) dan Siklamat (Cyclamate)
Sakarin adalah serbuk kristal putih yang rasanya sangat manis sekali di lidah manusia.  Sakarin biasanya tidak beraroma seperti halnya gula pasir dan gula batu.  Jika diukur maka tingkat kemanisan sakarin 550 kali lebih manis daripada gula pasir biasa.  Dengan memakai sakarin maka pedagang makanan dan minuman bisa untung besar karena tidak butuh gula pasir yang mahal harganya.  Binatang percobaan akan dapat mengalami kanker mukosa kandung kemih jika mengkonsumsi sakarin dalam kadar tertentu secara rutin.
Siklamat adalah serbuk kristal putih seperti sakarin namun tingkat kemanisannya hanya 30 kali dari gula pasir biasa.  Di negara-negara Eropa dan di Amerika Serikat sudah melarang siklamat sebagai zat pemanis makanan dan minuman manusia.  Jika silkamat diberikan pada medium biakan leukosit dan monolayer manusia akan dapat menyebabkan kromosom sel menjadi pecah.

4.      Zat Aditif Nitrosamin (Sodium Nitrit)
Nitrosamin biasanya digunakan sebagai garam untuk mempertahankan warna asli daging serta untuk memunculkan aroma bebauan khas seperti sosis, dendeng, ham, kornet, keju, dan lain sebagainya.  Nitrosamin dapat menjadi zat karsinogen yang dapat memicu kanker jika diberikan pada binatang percobaan.  Nitrosamin dilarang diberikan pada bayi manusia.  Karena barbahaya maka nitrosamin hanya boleh digunakan pada kadar maksimal 500 ppm untuk meminimalisir bahaya kesehatan yang mungkin timbul di kemudian hari.
Selain bahan makanan berbahaya di atas, juga terdapat berbagai ancaman bahaya yang didatangkan dari makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia.  Berbagai zat kimia yang belum diketahui bahaya jangka panjangnya beredar luas di masyarakat.  Celakanya masyarakat tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai takaran jumlah konsumsi maksimal dalam sehari.  Walhasil mungkin di masa depan akan ada penderita penyakit mengerikan yang disebabkan oleh konsumsi zat kimia dalam bahan makanan secara berlebihan.
                                                                                                       
     B.     Beberapa Macam / Jenis Zat Aditif (Zat Tambahan) yang Mungkin Bisa Mengakibatkan Masalah Kesehatan Manusia Jangka Panjang :

1.      Zat Penguat Rasa / Zat Penyedap Rasa
Zat aditif penyedap rasa terdiri atas berbagai macam, namun yang paling populer dan paling banyak digunakan adalah monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan sebutan vetsin atau micin. Zat ini jika langsung dimakan memang tidak berasa, tapi jika ditambahkan ke dalam makanan, akan membuat makanan yang diolah terasa lebih sedap. Rasa yang dihasilkan penyedap rasa sintetis memang sangat kuat dibanding penyedap rasa alami. Itu sebabnya tidak hanya industri makanan saja yang memanfaatkan penyedap rasa buatan, tapi juga ibu-ibu rumah tangga, karena penggunaannya memang lebih praktis dan ekonomis.
Contoh :
Beberapa jenis penyedap rasa sintetis selain monosodium glutamat diantaranya adalah: oktil asetat, etil butirat, amil asetat, dan amil valerat.
 Efek bahaya MSG:
kanker, diabetes, dan keluhan penyakit lainnya

2.       Zat Pewarna
Zat pewarna dipakai dengan tujuan untuk membuat tampilan makanan terlihat lebih menarik sehingga menambah selera untuk menikmatinya. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetis memang memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya: mempunyai banyak pilihan warna, mudah penyimpanannya, dan tahan lama. Namun, tidak semua zat pewarna buatan dapat dipakai untuk makanan dan minuman, beberapa diantaranya dibuat untuk pewarna tekstil.
Efek
Jika zat pewarna tekstil ini yang dicampur ke dalam makanan atau minuman, meskipun warna yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, namun dampaknya sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sebab, pewarna tekstil bersifat karsinogen yang menjadi penyebab penyakit kanker.
Jenis Zat Pewarna
Zat pewarna sintetis makanan dibagi menjadi 2 kelompok, yakni dye dan lake.
  • Dye adalah pewarna buatan berbentuk pasta, cairan, butiran atau serbuk yang memiliki sifat larut dalam air.
  • Lake adalah gabungan antara dye dan basa dengan dilapisi zat tertentu yang memiliki sifat tidak larut dalam air, sehingga cocok dipakai untuk makanan yang tidak boleh kena air.
Contoh : 
  • Beberapa jenis pewarna makanan buatan tersebut diantaranya adalah: brilliant blue CFC, sunset yellow, tarttrazin, dan karmoisin.
3.      Zat Pengawet
Panjangnya rantai distribusi ditambah lamanya waktu penjualan membuat industri makanan atau minuman lebih memilih zat pengawet sintetis daripada yang alami. Karena penyimpanan dengan menggunakan pengawet buatan mempunyai ketahanan lebih lama untuk membuat makanan atau minuman tidak terkena bakteri/jamur, tidak busuk, tidak berbau, rasa tidak berubah, dan kondisinya tetap dalam keadaan segar. Makanan atau minuman yang diberi tambahan zat aditif pengawet, tidak hanya mampu bertahan dalam hitungan hari, minggu atau bulan, bahkan dapat bertahan hingga bertahun-tahun.
Bahaya pengawet makanan

  • Pastinya adalah penyakit kanker jika dikonsumsi jangka panjang
Contoh :
Beberapa jenis zat aditif pengawet tersebut diantaranya adalah: asam cuka, natrium propionat, natrium benzoat, asam tartrat, natrium nitrat, senyawa NaNO3, asam fosfat, dan asam sitrat.
Teknik Pengawetan makanan/minuman tanpa zat pengawet
Di beberapa negara maju, cara mengawetkan makanan/minuman menggunakan zat aditif saat ini sudah mulai ditinggalkan, dan sebagai gantinya dipergunakan tekhnologi pengawet makanan dengan tanpa menambahkan zat kimia, tapi dengan menggunakan pemanasan suhu tinggi dalam waktu singkat, menggunakan ozon, serta memanfaatkan sinar ultra violet (UV) untuk membuat makanan/minuman steril tanpa merusak kualitas dari makanan/minuman yang diolah.
4.      Zat Pengeras
     Zat aditif yang satu ini berfungsi untuk mencegah lunaknya makanan. Beberapa jenis zat aditif pengeras diantaranya adalah:aluminium ammonium sulfat, dan kalium glukonat.

Dan mungkin masih ada banyak zat tambahan makanan dan minuman lainnya yang bisa saja mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam jangka panjang pada konsumsi rutin.  Di dalam makanan dan minuman pun juga bisa saja terdapat sedikit kadar zat kimia berbahaya dari pupuk tanaman, obat-obatan binatang ternak, makanan ternak, racun pengusir hama, logam berat (merkuri / air raksa) dari makhluk hidup laut / danau  / sungai, polusi kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
Solusi terbaik dalam menghindari atau mencegah diri kita dan keluarga kita menjadi korban bahan kimia berbahaya dalam makanan dan minuman adalah dengan mempelajari, memahami dan menyampaikannya kepada orang lain yang ada di sekitar kita.  Selain itu kita pun juga bisa terbebas dari makanan dan minuman berbahan kimia berbahaya dengan memproduksi sendiri makanan dan minuman yang akan kita konsumsi.  Kegiatan tersebut tentu akan menjadi lebih efektif dan efisien jika dilakukan bersama-sama dengan orang yang memiliki visi dan misi yang sama secara kolektif.

     C. Bebarapa Cara Mengatasi Bahaya Bahan Makanan dan Minuman yang Mengandung Zat Kimia Berbahaya :
1. Mempelajari ilmu bahan makanan yang mengandung zat kimia berbahaya
2. Menyampaikan kepada orang-orang di sekitar kita tentang zat kimia berbahaya di makanan dan minuman
3. Memberikan pemahaman / penjelasan kepada penjual makanan berzat kimia berbahaya secara baik-baik
4. Membuat makanan dan minuman sendiri atau bersama-sama orang yang peduli kesehatan makanan dan minuman
5. Selalu memberikan pengawasan yang ketat dan terkoordinasi pada makanan dan minuman yang dikonsumsi.

http://halosehat.com/farmasi/aditif/zat-aditif-pada-makanan-contoh-bahayanya

Minggu, 24 Januari 2016

PRAKTIK INDUSTRI

 Hallo, namaku Nur Ayuni. Aku PKL di perusahaan permen yang bertempat di Cileungsi Bogor. Aku ditempatkan dibagian QC analis untuk analisa Gula Reduksi dengan metode luff school dan metode lane eynon serta kadar air produk. Analisa gula reduksi dan kadar air yang dilakukan bertujuan untuk mengetehui seberapa besar kadar gula reduksi dan kandungan air yang terdapat dalam permen. Kadar ini yang nantinya akan menentukan kualitas dari produk tersebut. Tingginya kadar gula reduksi dalam permen mengakibatkan permen tersebut cepat umes dan lengket. Daam pengujian kadar gula reduksi ini digunakan 2 metode yang berbeda. Perbedaan metode ini adalah dalam penanganannya. Metode liff titrasi yang dilakukan dalam keadaan dingin sedangkan metode lane eynon dalm keadaan panas. Berikut sedikit penjabarannya
1.      Analisa gula reduksi metode luff school
a.      Sampel produk (permen)
Ø  Sebelum inversi
a)      Timbang 2.5 – 3 gram sampel
b)      Larutkan dengan ± 100 ml aquadest aduk hingga larut
c)      Masukkan ke dalam labu ukur 250 ml, encerkan sampai batas tanda tera. Homogenkan, kemudian saring
d)     Pipet 10 ml larutan sampel yang telah disaring, masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 15 ml aquadest dan 25 ml larutan Luff Schoorl
e)      Refluk selama 10 menit, kemudian dinginkan
f)       Setelah dingin tambahkan larutan KI 20%, tambahkan 10 ml larutan H2SO4 20 ml
g)      Titrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan indicator amilum 1% hingga titik akhir titrasi berwarna putih susu.
h)      Catat volume Na2S2O yang digunakan.

Ø  Setelah inversi
a)      Pipet 50 ml larutan sampel ke dalam gelas beaker plastik 100 ml
b)      Tambahkan 10 ml HCl 6,3 N
c)      Refluk selama 10 menit kemudian dinginkan
d)     Setelah dingin tambahkan NaOH 6,3 N hingga netral
e)      Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml encerkan hingga batas tanda tera
f)       Pipet 5 ml sampel setelah inversi ke dalam Erlenmeyer 250 ml
g)      Tambahkan 20 ml aquadest dan 25 ml larutanLuff Schoorl
h)      Refluk selama 10 menit, kemudian dinginkan
i)        Setelah dingin tambahkan larutan KI 20%, tambahkan 10 ml larutan H2SO4 20 ml
j)        Titrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan indicator amilum 1% hingga titik akhir titrasi berwarna putih susu.
k)      Lakukan blanko dengan 25 ml aquadest dan 25 ml larutan Luff Schoorl
l)        Lakukan kembali seperti pada penetapan gula sebelum dan sesudah inverse.
m)    Catat volume Na2S2O3 yang digunakan.

b.      Sampel glukosa (Pemeriksaan Dextrose Equivalen)
a)      Timbang 1,25 – 1,3 gram sampel glukosa dalam gelas beaker 100 ml
b)      Larutkan dengan ± 50 ml aquadest, kemudian aduk hingga larut
c)      Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian encerkan dengan aquadest sampai batas tanda tera. Homogenkan
d)     Pipet 5 ml larutan sampel masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
e)      Tambahkan dengan 20 ml aquadest dan 25 ml larutan Luff Schoorl
f)       Refluk selama 10 menit, kemudian dinginkan
g)       Setelah dingin tambahkan larutan KI 20%, tambahkan 10 ml larutan H2SO4 20 ml
h)      Titrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan indicator amilum 1% hingga titik akhir titrasi berwarna putih susu.
i)        Catat volume Na2S2O yang digunakan.
2.      Metode lane eynon
a.      Standarisasi larutan fehling buatan
1.      Keringkan sejumlah dextrose monohydrate  kristal (PA) pada oven suhu 105oC selama ± 2 jam
2.      Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
3.      Timbang 3 gram dextrose monohydrate Kristal kemudian encerkan dalam labu ukur 500 ml dengan aquadest sampai batas tanda tera
4.      Lakukan titrasi dengan larutan tersebut titik akhir titrasi tepat 20 ml (toleransi ± 0,6 ml)
5.      Jika volume titrasi lebih dari 20 ml,dlam fehling A buatan perlu ditambahkan aquadest. Jumlah penambahan dilambangkan S
                    S= {1000 x V/20}-1000

6.      jika volume titrasi kurang dari 20 ml, maka ditambahkan CuSO4.5H2O paa larutan fehling buatan.
      Jumlah penambahan CuSO4.5H2O
      = {69.28 x 20/V} - 69.28

b.      Analisa DE
1.      Hitung berat sampel dengan rumus
     Berat sampel (g) =  3/perkiraan % DE x % brix
2.      Timbang sampel dengan berat yang telah dihitung. Sampel tersebut diencerkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 500 ml
3.      Campur larutan hingga homogeny
4.      Sebanyak 12.5 ml larutan frhling A dan 12.5 ml larutan fehling B dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
5.      Panaskan larutan fehling tersebut di atas diatas hotplate dan tunggu hingga mendidih, pada awal pemdidihan segera titrasi dengan larutan sampel sebanyak 10 ml, tunggu hingga mendidih kembali
6.      Tambahkan 1-2 tetes metylen blue 1% lalu titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna metylen blue hilang dan menjadi merah bata
7.      Catat volume titrasi yang diperlukan


                  3.      Analisa Kadar Air
a.       Mengeringkan cawan kosong dan tutupnya dalam oven selama 15 menit dan dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (untuk cawan aluminium didinginkan selama 10  menit dan cawan porselen didinginkan selama 20 menit)
b.      Menimbang dengan cepat kurang lebih 2-3 gr sampel
c.       Mengangkat tutup cawan dan meletakkan cawan beserta isi dan tutupnya dalam oven selama 3 jam. Hindarkan kontak antara cawan dengan dinding oven. Untuk produk yang tidak mengalami dekomposisi dengan pengeringan yang lama, dapat dikeringkan selama 20 jam.
d.      Memindahkan cawan ke desikator, menutup dengan penutup cawan, lalu mendinginkan. Setelah dingin timbang kembali hingga diperoleh berat konstan
e.       Menghitung kadar air dengan rumus
     % kadar air = B-C / B-A

Keterangan :
A = berat cawan kosong
B = berat cawan + sampel sebelum di keringkan
C = berat cawan + sampel setelah dikeringkan

Terimakasih...